“Cerdas dengan Membaca Surat Kabar”
oleh:
Muktamarudin Fahmi Amd
(Pustakawan Universitas Bangka
Belitung)
Karena
dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan,
dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupanpun akan semakin tajam
karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis.
Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat
menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai
banyak keuntungan...
Surat
kabar atau yang lebih dikenal dengan koran, merupakan satu media informasi yang
ada dimasyarakat. Surat kabar sudah dianggap sebagai media informasi yang
efisien, disamping televisi dan radio. Bukan hanya kalangan pejabat atau
pengusaha saja yang membaca surat kabar, tetapi ada tukang becak, para
pedagang, supir angkot, tukang parkir, mahasiswa dan lain sebagainya.
Dengan
membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembangan-perkembangan
aktual, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pada intinya kita semua
membutuhkan informasi. Informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok, yang
tidak boleh dilewatkan.
Surat
kabar sendiri memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder seperti yang
disampaikan oleh Agee seorang tokoh media. Fungsi utamanya yaitu (1) To Inform
(Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam
satu komunitas, negara dan dunia, (2) To Comment (Mengomentari berita yang
disampaikan dan mengembangkannya kedalam fokus berita, (3), To Provide
(Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa
melalui pemasangan iklan di media.
Sedangkan
fungsi sekundernya yaitu : (1) Untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang
bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan untuk membantu kondisi-kondisi
tertentu, (2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik,
kartun dan cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah,
emjadi agen informasi (http://oliviadwiayu.wordpress.com).
Bila
melihat fungsi surat kabar tersebut, sudah begitu banyak manfaat yang dapat
kita ambil dari surat kabar. Hal ini sesuai dengan kabar tujuan utama
khalayak pembaca surat kabar yaitu
keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Jadi tidak
mengherankan jika presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 Februari
Tahun 2008 yang lalu, telah mencanangkan gerakan membaca koran massal di
kalangan pelajar, dalam rangka peringatan Hari Pres Nasional (HPN) 2008 yang
dipustakan dilapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang.
Memang
tidak salah jika seorang kepala negara menempatkan posisi membaca sebagai hal
yang sangat penting. Karena dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi,
memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap
kehidupanpun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk
merpikir kritis dan sistematis.
Hanya
dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat
menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai
begitu banyak keuntungan, dengan demikian masyarakat tidak mudah dibodohi akan
hal-hal yang dapat merugikan mereka. Di Indonesia sendiri, minat masyarakat
terhadap membaca masih terbilang rendah, apalagi membaca surat kabar.
Berdasarkan penelitian terhadap tingkat daya membaca di 41 negara, indonesia
berada di peringkat ke- 39. Sedangkan tingkat membaca pada anak-anak menurut
laporan Bank Dunia, dan Studi IEA di Asia Timur, Indonesia mendapat skor 51,7
dibawah Filipina (52,6); Thailand (65,1) dan Singapura (74,0) (http://cetak.fajar.co.id).
Apalagi
bila dibandingkan dengan negara lain yang ada di Asia, misalnya Jepang. Kita
masih jauh tertinggal. Masyarakat Jepang sangat disiplin dalam memanfaatkan
waktu, bagi mereka waktu adalah uang dan ini tidak boleh disia-siakan,
merekapun tidak memandang tempat yang dapat digunakan untuk membaca, apakah di
stasiun kereta, terminal bus atau antrean calon penumpang taksi, dengan mudah
ditemukan orang-orang yang sedang membaca.
Jadi
tidak mengherankan jika oplah koran di Jepang sangat tinggi. Rata-rata pembaca
koran di Jepang 1:2 sampai 1:3. Artinya, setiap dua atau tiga penduduk, satu
diantaranya baca koran.
Salah satu hal yang lumrah di Jepang membaca
surat kabar sambil berjalan dijalanan umum. Apakah kita bisa menerapkan kondisi
tersebut di Negara kita, seperti halnya di negara Jepang? Asal kita mau,
mengapa tidak! Salah satunya mari kita tumbuhkan sikap Disiplin dalam segala
bidang. Terutama disiplin berlalu lintas. Coba kita bayangkan, bila hal
tersebut kita terapkan di negara ini, misalnya membaca surat kabar sambil
berjalan di jalan umum, tentu kita akan diomelin oleh pengguna jalan lainnya,
karena berjalan tanpa melihat kiri dan kanan ataupun depan belakang, kita lebih
fokus pada surat kabar yang kita baca.
Oleh
karena itu, marilah kita belajar menghargai waktu, memanfaatkan waktu luang
untuk membaca surat kabar yang bisa kita dapatkan dimana saja. Asalkan ada
kemauan pasti ada jalan. Kita pasti mengenal sosok Iwan Gayo yang menulis buku pintar
yang mengalami cetak ulang hingga puluhan kali. Beliau selalu memanfaatkan
waktu membaca surat kabar, hingga akhirnya terkenal karena larisnya buku yang
ditulisnya dari kebiasaan membaca surat kabar.
Untuk
itu, marilah kita tumbuhkan budaya membaca mulai dari lingkungan yang paling
kecil disekitar kita yaitu keluarga. Tentunya dari hal yang kecil itulah,
nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap yang lainnya sehingga menjadi
besar.
Membaca
surat kabar juga tidak harus yang berisi berita terbaru, informasi berita yang
sudah beredar beberapa waktu yang lalu, juga dapat kita jadikan referensi bagi
pemahaman keilmuan kita. Oleh karena itu, perlu kita ingat bersama, dengan
membaca surat kabar, berarti kita sudah mengetahui sebagian dari suasana
masyarakat disekitar kita. Membaca surat kabar juga dapat menumbuhkan perilaku
positif. Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian
kita. Untuk itu, marilah dari sekarang kita melakukan aktivitas membaca surat
kabar. Selamat membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar