Selasa, 22 Mei 2012

Perpustakaan, Sarana Pintar Buat Pintar


Oleh:
Muktamarudin Fahmi, A.Md
Pustakawan Universitas Bangka Belitung



Perpustakaan dituntut untuk lebih berkembang, untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki daya, kemampuan mengembangkan dan mempunyai gagasan untuk mengembangkan perpustakaan, bukan hanya sekedar menjadi pegawai pelengkap di sebuah perpustakaan.


Judul Opini diatas merupakan slogan perpustakaan. Slogan tersebut sering kita lihat maupun kita baca di media masa baik elektronik maupun cetak. Sarana pintar buat pintar, merupakan sebuah kalimat untuk mempertegas maksud keberadaan perpustakaan.
Perpustakaan dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor yang mempercepat akselerasi transfer ilmu pengetahuan. Sedangkan pendidikan, merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran, atau dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang sistem pendidikan nasional, pemerintah harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu secara relevansi dan efisien manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan, sesuai dengan tuntunan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
Sebagai sebuah lembaga yang memberikan konstribusi dalam bidang pendidikan, maka perpustakaan memiliki nilai-nilai pendidikan, edukatif dan ilmu pengetahuan. Orang yang mau membaca dan belajar, dapat memanfaatkan perpustakaan sebaik-baiknya. Pendek kata, siapapu yang ingin pandai, menambah pengetahuan, keterampilan, dan wawasannya mesti belajar (membaca), sementara itu, sumber membaca/belajar yang relatif lebih lengkap dan secara konfrehensif tersedia adalah perpustakaan (sutarno, 2008).
Bila melihat tujuan dari didirikannya sebuah perpustakaan, akan tampak begitu besar manfaat yang dapat diambil. Adapun beberapa tujuan tersebut yaitu:
1.    Menimbulkan rasa cinta untuk membaca.
2.    Memperluas dan memperdalam penguasaan ilmu pengetahuan.
3.    Mengembangkan kemampuan belajar.
4.    Membantu mengembangkan kemampuan bahasa dan daya pikir.
5.    Memelihara bahan pustaka secara baik.
6.    Memberikan kemudahan temu kembali informasi.
7.    Menunjang kegiatan belajar mengajar.
8.    Tempat rujukan untuk mencari informasi, guna pembuatan karya ilmiah maupun penelitian.
Bila ditinjau dari sisi pandang yang lebih luas, maka peran perpustakaan bertindak sebagai agen perubahan, pembangunan, dan teknologi. Perubahan selalu terjadi seiring dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, eksplor dan berbudaya. Oleh karena itulah perpustakaan mempunyai andil yang besar dalam proses maju mundurnya dunia pendidikan.

Tenaga Perpustakaan

Penglolaan sebuah perpustakaan, apakah itu Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi pasti harus ditunjang oleh tenaga-tenaga yang terampil. Ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus di penuhi. Karena memang perpustakaan dibangun untuk dapat mencerdaskan masyarakat. Oleh sebab itu, seorang pengelola perpustakaan yang menjadi ujung tombak di perpustakaan, haruslah yang benar-benar terlatih dan mempunyai keterampilan khusus.
Terlihat jelas dalam penerimaan CPNS tahun 2009 beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupten yang ada di Bangka Belitung, hampir semuanya membuka formasi pustakawan, baik tingkat Sarjana (S1) maupun Ahli Madya (D3). Seperti yang sudah dibayangkan, pelamarnya juga tidak banyak, hanya ada 2 atau 3 orang saja. Bahkan diakhir hari penutupan lamaran, ada kabupaten yang masih kososng pelamarnya khususnya untuk tenaga pustakawan. Ini menunjukkan tingkat kebutuhan pustakawan di Bangka Belitung sangat tinggi.
Kenapa harus pustakawan yang bekerja di perpustakaan? Kenapa bukan sarjana lain saja? Pekerjaan yang ada di perpustakaan bukan hanya peminjaman dan penyusunan buku saja. Banyak pekerjaan lain diluar peminjaman dan penyusunan buku, seperti pengolahan koleksi pustaka, proses pembuatan kartu katalog, proses automasi bahan pustaka yang semuanya memerlukan keahlian khusus, dan ini hanya bisa dikerjakan oleh seorang pustakawan. Seiring dengan kemajuan informasi yang begitu cepar perkembangannya, perpustakaan dituntut untuk lebih berkembang, untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki daya, kemampuan mengembangkan dan mempunyai gagasan untuk mengembangkan perpustakaan, bukan hanya menjadi pegawai pelengkap di sebuah perpustakaan.
Sebuah perpustakaan sedapat mungkin merekrut, menempatkan setiap tenaga kerja, sesuai dengan kemapuan, dan keahlian (the right man in the right place). Karena sesuatu harus dimulai dari faktor manusia, mereka merupakan pemikir, penggerak, pelaksana dan sekaligus pengawas atas jalannya organisasi dalam mencapai tujuan.
Hal lain yang pelu diingat adalah seorang pegawai yang tidak memiliki kemampuan apa-apa, lantas dia ditempatkan di perpustakaan. Ini merupakan sebuah sikap yang salah dan harus diubah. Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, sebagai pusat sumber pembelajaran, pusat kegiatan sosial, pusat kebudayaan bangsa dan pusat informasi, sangat membutuhkan dukungan dari berbagai macam komponen seperti pemerintah daerah maupun pimpinan lembaga dimana perpustakaan itu bernaung. Hal ini diperlukan agar sebuah perpustakaan dapat menunjang program-program lembaga induknya.







Cerdas dengan Membaca Surat Kabar


“Cerdas dengan Membaca Surat Kabar”



oleh:
Muktamarudin Fahmi Amd
 (Pustakawan Universitas Bangka Belitung)


Karena dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupanpun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai banyak keuntungan...



Surat kabar atau yang lebih dikenal dengan koran, merupakan satu media informasi yang ada dimasyarakat. Surat kabar sudah dianggap sebagai media informasi yang efisien, disamping televisi dan radio. Bukan hanya kalangan pejabat atau pengusaha saja yang membaca surat kabar, tetapi ada tukang becak, para pedagang, supir angkot, tukang parkir, mahasiswa dan lain sebagainya.
Dengan membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembangan-perkembangan aktual, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pada intinya kita semua membutuhkan informasi. Informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok, yang tidak boleh dilewatkan.
Surat kabar sendiri memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder seperti yang disampaikan oleh Agee seorang tokoh media. Fungsi utamanya yaitu (1) To Inform (Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam satu komunitas, negara dan dunia, (2) To Comment (Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam fokus berita, (3), To Provide (Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.
Sedangkan fungsi sekundernya yaitu : (1) Untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, emjadi agen informasi (http://oliviadwiayu.wordpress.com).
Bila melihat fungsi surat kabar tersebut, sudah begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil dari surat kabar. Hal ini sesuai dengan kabar tujuan utama khalayak  pembaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Jadi tidak mengherankan jika presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 Februari Tahun 2008 yang lalu, telah mencanangkan gerakan membaca koran massal di kalangan pelajar, dalam rangka peringatan Hari Pres Nasional (HPN) 2008 yang dipustakan dilapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang.
Memang tidak salah jika seorang kepala negara menempatkan posisi membaca sebagai hal yang sangat penting. Karena dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupanpun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk merpikir kritis dan sistematis.
Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan, dengan demikian masyarakat tidak mudah dibodohi akan hal-hal yang dapat merugikan mereka. Di Indonesia sendiri, minat masyarakat terhadap membaca masih terbilang rendah, apalagi membaca surat kabar. Berdasarkan penelitian terhadap tingkat daya membaca di 41 negara, indonesia berada di peringkat ke- 39. Sedangkan tingkat membaca pada anak-anak menurut laporan Bank Dunia, dan Studi IEA di Asia Timur, Indonesia mendapat skor 51,7 dibawah Filipina (52,6); Thailand (65,1) dan Singapura (74,0) (http://cetak.fajar.co.id).
Apalagi bila dibandingkan dengan negara lain yang ada di Asia, misalnya Jepang. Kita masih jauh tertinggal. Masyarakat Jepang sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu, bagi mereka waktu adalah uang dan ini tidak boleh disia-siakan, merekapun tidak memandang tempat yang dapat digunakan untuk membaca, apakah di stasiun kereta, terminal bus atau antrean calon penumpang taksi, dengan mudah ditemukan orang-orang yang sedang membaca.
Jadi tidak mengherankan jika oplah koran di Jepang sangat tinggi. Rata-rata pembaca koran di Jepang 1:2 sampai 1:3. Artinya, setiap dua atau tiga penduduk, satu diantaranya baca koran.
 Salah satu hal yang lumrah di Jepang membaca surat kabar sambil berjalan dijalanan umum. Apakah kita bisa menerapkan kondisi tersebut di Negara kita, seperti halnya di negara Jepang? Asal kita mau, mengapa tidak! Salah satunya mari kita tumbuhkan sikap Disiplin dalam segala bidang. Terutama disiplin berlalu lintas. Coba kita bayangkan, bila hal tersebut kita terapkan di negara ini, misalnya membaca surat kabar sambil berjalan di jalan umum, tentu kita akan diomelin oleh pengguna jalan lainnya, karena berjalan tanpa melihat kiri dan kanan ataupun depan belakang, kita lebih fokus pada surat kabar yang kita baca.
Oleh karena itu, marilah kita belajar menghargai waktu, memanfaatkan waktu luang untuk membaca surat kabar yang bisa kita dapatkan dimana saja. Asalkan ada kemauan pasti ada jalan. Kita pasti mengenal sosok Iwan Gayo yang menulis buku pintar yang mengalami cetak ulang hingga puluhan kali. Beliau selalu memanfaatkan waktu membaca surat kabar, hingga akhirnya terkenal karena larisnya buku yang ditulisnya dari kebiasaan membaca surat kabar.
Untuk itu, marilah kita tumbuhkan budaya membaca mulai dari lingkungan yang paling kecil disekitar kita yaitu keluarga. Tentunya dari hal yang kecil itulah, nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap yang lainnya sehingga menjadi besar.
Membaca surat kabar juga tidak harus yang berisi berita terbaru, informasi berita yang sudah beredar beberapa waktu yang lalu, juga dapat kita jadikan referensi bagi pemahaman keilmuan kita. Oleh karena itu, perlu kita ingat bersama, dengan membaca surat kabar, berarti kita sudah mengetahui sebagian dari suasana masyarakat disekitar kita. Membaca surat kabar juga dapat menumbuhkan perilaku positif. Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Untuk itu, marilah dari sekarang kita melakukan aktivitas membaca surat kabar. Selamat membaca.